Bisa dikatakan, produk fashion sekarang ini sudah jarang ditemukan yang 3M [murah, meriah, muntah]. Sebagai seorang rantauan yang jauh dari keluarga seperti saya, prinsip 3M ini harus selalu jadi concern saya dalam berbelanja. Realita untuk hijaber seperti saya, alokasi dana bukan hanya berkisar atasan dan bawahan saja tetapi juga jilbab dan pernak-perniknya. Harus ada cara. Pengeluaran harus bisa saya tekan seminimal mungkin untuk menyiasati pembengkakan budget (hemat) sehingga tetap bisa saving. Ingat hemat tidak sama dengan pelit. Saya lebih menunggu barang diskon (ya diskon!) daripada saya harus memaksakan membeli baju atau celana fresh from the oven. Karena bisa jadi tidak sampai 6 bulan sudah bisa turun harga. Kan eman to?
Eits tunggu dulu kalau bicara soal diskon, saya jadi inget pengalaman pribadi waktu belanja di salah satu pusat perbelanjaan. Waktu itu saya berhenti pas disalah satu toko sepatunya, guess what? hahaha sepatu yang 4-6bulan kemaren harganya 135rb melonjak tajam jadi 250rb ckckck padahal itu kondisi diskon 50%. Jangan tanya saya deh kenapa bisa begitu? Kalau boleh minjem istilahnya si Bull, itu namanya politik pemarasan! Padahal dia orang pemasaran, nah loh?! Gara-gara pengalaman tersebut sayapun akhirnya selektif milih barang diskon. Bukan cuma barang mahal aja yang harus selektif nyarinya, barang diskon malah harus ekstra selektif!!!
Berbekal prinsip 3M dan pengalaman yang tidak mengenakkan itu, saya jadi mimpi bikin Own Fashion Product. Yah, bisa dibilang semacam personal product berupa baju, celana, dan kelengkapan jilbab sendiri. Bila perlu bikin model tas dan sepatu sendiri hahaha kalau yang terakhir ini kayaknya masih kejauhan. Karena ini prinsipnya dari, oleh dan untuk saya sendiri maka peran curator mutlak ada ditangan saya. Saya harus survei dan menentukan sendiri bahan atau kain seperti apa yang ingin saya kenakan nanti. Bila sudah cocok bahan dan harganya, tentukan modelnya terus minta bantuan penjahit untuk bikinin. Syukur-syukur kalau kitanya bisa jahit, malah lebih enak kan. Ngomong-ngomong soal penjahit, ada baiknya kita melakukan survei kecil-kecilan awal soal harga dan kualiatas jahitannya ke beberapa tempat. Modalnya ga ribet, cuma nanya doang koq. Cari info ke beberapa teman juga, biasanya testimoni mereka jauh lebih membantu.
Keinginan dan pemikiran saya ini akhirnya ditanggapi oleh sejumlah teman di forum facebook. Salah satunya ada yang menanyakan kenapa tidak kepikiran bikin clothing line sendiri, kok cuma buat konsumsi pribadi. Kan nanggung. Untuk masalah ini saya punya alasan jitu, saya terbentur sama budget hahaha. Nah, lain cerita kalo ada yang mau jadi donatur atau investor. Saya sih mau-mau aja.
Teman yang kedua lain lagi tanggapannya, dia justru menanyakan prinsip 3M -murah, meriah, muntah. Apa maksudnya dengan kata “muntah”? Maksudnya, dengan harga murah meriah kamu bisa dapat barang satu renteng. Ehmmm, sederhananya gini deh misalnya kamu mengalokasikan uang buat belanja sebuah tas atau sepatu bermerek harga 300-400rb atau bahkan jutaan. Nah, klo km punya prinsip 3M, uang segitu kan bisa beli 2-3 tas ato sepatu yang ga kalah kualitasnya ^_^ dan malah lebih bagus kalau itu diskon. Hehehe diskon lagi, diskon lagi!!! Eits, tapi jangan sampai kebablasan loh ya. Kalau butuhnya cuma satu, ya beli satu aja. Artinya utamakan yang memang jadi kebutuhan kita.
Tidak lama kemudian, obrolanpun lanjut dengan teman ke tiga, masalah kenapa enggak hijrah ke barang BM aja. Kan banyak barang BM yang bagus dan berkualitas dan hampir gak ada bedanya dengan 2ndhand. Haha terus terang, dibanding BM saya justru lebih akrab dengan barang 2ndhand. Sebagian besar sweater dan jaket yang saya kenakan adalah 2ndhand. Kalau didaerah asal saya, biasa disebut BJ (buru’an jambi) hehehe. Dengan modal 20rb, saya bisa dapet 5-6 potong BJ. Ini fakta loh!
Teman saya yang lain nimpalin, BM itu termasuk illegal ga sih, kan masuknya tanpa bayar pajak?. Daripada “melegalkan” barang BM, mending beli 2nd aja. Paling enggak, kita mencintai negeri sendiri. Loh, kabarnya barang 2ndhand itu juga termasuk barang illegal/BM juga?. Tunggu dulu, soal ini saya punya pemikiran sedikit mbandel. Mau barang itu BM ato 2ndhand, kalau itu memenuhi prinsip 3M, berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan. kenapa tidak?.
Dari perbincangan singkat tadi, sayapun menarik simpulan bahwa mimpi saya untuk proyek own fashion product menjadi masuk akal.Tanpa harus pusing soal legal tidaknya barang yang kita beli. Ketika pertama kali saya masuk sendiri ke toko kain untuk hunting bahan jeans buat bikin celana, saya kaget dengan harganya permeternya cuma 15-20rb. Malah ada yang 10rb. Ditambah ongkos jahitnya total habis 70-90rb. Coba deh ke toko pakaian jadi, mana ada celana jeans harga segitu. Paling murah 150rban. Bahan jilbab paris juga begitu, harganya 7rban/m. Ditambah jasa obras, mentok-mentok habis 10rb. Padahal rata-rata, harga pasaran 13-15rb. Selisihnya insyaAllah bisa kita saving. Boleh deh teman-teman buktikan.
Salah satu sahabat saya sempat pesan, prinsip 3M ini penting untuk latihan jadi manajer keuangan yang sukses di rumah tangga. Yep, saya sepakat! Kelangsungan rumah tangga ada pada peran besar dari tangan dingin si emak mengelola keuangan RTnya sehingga asap dapur bisa terus mengepul. So, mari kita jalankan prinsip 3M. Dan jangan lupa dukung saya bagaimana caranya saya bisa merealisasikan my own fashion product. Syukur-syukur kalau ada rejeki bisa buka usaha clothing line untuk dipasarkan sendiri dengan brand “Cheapo”. AMIN.
Eits tunggu dulu kalau bicara soal diskon, saya jadi inget pengalaman pribadi waktu belanja di salah satu pusat perbelanjaan. Waktu itu saya berhenti pas disalah satu toko sepatunya, guess what? hahaha sepatu yang 4-6bulan kemaren harganya 135rb melonjak tajam jadi 250rb ckckck padahal itu kondisi diskon 50%. Jangan tanya saya deh kenapa bisa begitu? Kalau boleh minjem istilahnya si Bull, itu namanya politik pemarasan! Padahal dia orang pemasaran, nah loh?! Gara-gara pengalaman tersebut sayapun akhirnya selektif milih barang diskon. Bukan cuma barang mahal aja yang harus selektif nyarinya, barang diskon malah harus ekstra selektif!!!
Berbekal prinsip 3M dan pengalaman yang tidak mengenakkan itu, saya jadi mimpi bikin Own Fashion Product. Yah, bisa dibilang semacam personal product berupa baju, celana, dan kelengkapan jilbab sendiri. Bila perlu bikin model tas dan sepatu sendiri hahaha kalau yang terakhir ini kayaknya masih kejauhan. Karena ini prinsipnya dari, oleh dan untuk saya sendiri maka peran curator mutlak ada ditangan saya. Saya harus survei dan menentukan sendiri bahan atau kain seperti apa yang ingin saya kenakan nanti. Bila sudah cocok bahan dan harganya, tentukan modelnya terus minta bantuan penjahit untuk bikinin. Syukur-syukur kalau kitanya bisa jahit, malah lebih enak kan. Ngomong-ngomong soal penjahit, ada baiknya kita melakukan survei kecil-kecilan awal soal harga dan kualiatas jahitannya ke beberapa tempat. Modalnya ga ribet, cuma nanya doang koq. Cari info ke beberapa teman juga, biasanya testimoni mereka jauh lebih membantu.
Keinginan dan pemikiran saya ini akhirnya ditanggapi oleh sejumlah teman di forum facebook. Salah satunya ada yang menanyakan kenapa tidak kepikiran bikin clothing line sendiri, kok cuma buat konsumsi pribadi. Kan nanggung. Untuk masalah ini saya punya alasan jitu, saya terbentur sama budget hahaha. Nah, lain cerita kalo ada yang mau jadi donatur atau investor. Saya sih mau-mau aja.
Teman yang kedua lain lagi tanggapannya, dia justru menanyakan prinsip 3M -murah, meriah, muntah. Apa maksudnya dengan kata “muntah”? Maksudnya, dengan harga murah meriah kamu bisa dapat barang satu renteng. Ehmmm, sederhananya gini deh misalnya kamu mengalokasikan uang buat belanja sebuah tas atau sepatu bermerek harga 300-400rb atau bahkan jutaan. Nah, klo km punya prinsip 3M, uang segitu kan bisa beli 2-3 tas ato sepatu yang ga kalah kualitasnya ^_^ dan malah lebih bagus kalau itu diskon. Hehehe diskon lagi, diskon lagi!!! Eits, tapi jangan sampai kebablasan loh ya. Kalau butuhnya cuma satu, ya beli satu aja. Artinya utamakan yang memang jadi kebutuhan kita.
Tidak lama kemudian, obrolanpun lanjut dengan teman ke tiga, masalah kenapa enggak hijrah ke barang BM aja. Kan banyak barang BM yang bagus dan berkualitas dan hampir gak ada bedanya dengan 2ndhand. Haha terus terang, dibanding BM saya justru lebih akrab dengan barang 2ndhand. Sebagian besar sweater dan jaket yang saya kenakan adalah 2ndhand. Kalau didaerah asal saya, biasa disebut BJ (buru’an jambi) hehehe. Dengan modal 20rb, saya bisa dapet 5-6 potong BJ. Ini fakta loh!
Teman saya yang lain nimpalin, BM itu termasuk illegal ga sih, kan masuknya tanpa bayar pajak?. Daripada “melegalkan” barang BM, mending beli 2nd aja. Paling enggak, kita mencintai negeri sendiri. Loh, kabarnya barang 2ndhand itu juga termasuk barang illegal/BM juga?. Tunggu dulu, soal ini saya punya pemikiran sedikit mbandel. Mau barang itu BM ato 2ndhand, kalau itu memenuhi prinsip 3M, berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan. kenapa tidak?.
Dari perbincangan singkat tadi, sayapun menarik simpulan bahwa mimpi saya untuk proyek own fashion product menjadi masuk akal.
Salah satu sahabat saya sempat pesan, prinsip 3M ini penting untuk latihan jadi manajer keuangan yang sukses di rumah tangga. Yep, saya sepakat! Kelangsungan rumah tangga ada pada peran besar dari tangan dingin si emak mengelola keuangan RTnya sehingga asap dapur bisa terus mengepul. So, mari kita jalankan prinsip 3M. Dan jangan lupa dukung saya bagaimana caranya saya bisa merealisasikan my own fashion product. Syukur-syukur kalau ada rejeki bisa buka usaha clothing line untuk dipasarkan sendiri dengan brand “Cheapo”. AMIN.
No comments:
Post a Comment
Setelah baca postingan saya, jangan lupa tinggalin jejak ya. Terima kasih :))