Sudah banyak tumpukan kasus yang mendera bangsa ini. Bila tidak mau disebut muak maka bisa saya katakan, saya sudah mulai merasa bosan dengan segala intrik yang bergelantung di setiap kasusnya. Mulai dari kasus Century yang super heboh nan dramatis, coba deh diingat-ingat berapa lama kasus ini menyita perhatian kita? Saya cuma tahu dari siaran berita bahwa hingga saat ini KPK belum punya alat bukti kuat untuk menetapkan satu orangpun sebagai tersangka dalam kasus dana talangan Bank Century Rp6,2 triliun yang terjadi tahun 2009 tersebut. Segitu besarkah arus kepentingan pada kasus ini hingga kesannya begitu untouchable?
Belum lagi masalah cek perjalanan oma Miranda Goeltom yang tidak kalah dahsyat itu. Bu Nunun aja sampe harus mendadak kena alzheimer dulu, biar tidak diseret ke meja hijau. Segitu kebal dan ajaib ya bu Nunun itu? KPK, Polri, Kemenlu aja pada bingung nyari tau dimana posisinya sekarang. Sederet nama seperti Agus Condro, Max Moein, Rusman Lumbantoruan, Willem Tutuarima, dan Poltak Sitorus malah sudah kena seret duluan. Dan yang lebih menarik lagi, bu Miranda tidak pernah merasa memberikan travelers cheque.
Kasus terorisme, NII dan semacamnya itu juga sama magisnya. Hingga detik ini saya masih bertanya-tanya, apa benar para pelaku teror ini berjuang semata-mata untuk menegakkan keyakinan yang mereka anggap benar? Saya justru kawatir, ini adalah bagian dari konspirasi politik internasional. Coba kita tengok, kenapa justru orang-orang asinglah yang jadi otak dari aksi teror tersebut. Sudah segitu strategiskah Indonesia, hingga jadi target sasaran mereka. Kasus Bom Bali I sebenarnya sudah menunjukkan bahwa genderang perang terhadap harmonisasi antar umat beragama di negara ini dimulai. Namun yang aneh, belakangan ini kita justru mengamini ketidakharmonisan itu dengan berperilaku brutal di berbagai tempat. Tawuran antar pelajar, masyarakat, bahkan cekcok antar agama juga sudah menjadi pemandangan kita sehari-hari. Apa ini yang kita sebut harmonis? Saya rasa tidak! Sampai kapan kita mau sadar bahwa dari hari ke hari, modal sosial kita kian menipis?!
Kitapun akhirnya jadi kian permisif dengan perilaku maling Melinda Dee yang sudah memanfaatkan akses dan wewenangnya untuk menguras dana nasabah pada bank yang dia kelola. Kalau boleh saya kaitkan dengan peribahasa, bu Melinda ini sukses menjalankan prinsip "air susu dibalas air tuba" kepada nasabahnya. Good job, madam!
Saya juga tidak mau melewatkan acting memukau dari om Nazaruddin yang selalu on air dari Singapura. Dia mendadak famous atas beberapa dugaan kasus korupsi yang melibatkan dirinya. Karena tidak mau kalah saing dengan bu Nunun, diapun akhirnya memutuskan liburan panjang ke Singapura. Tujuannya apalagi kalau bukan sembunyi, tapi ya seperti koruptor lainnya dia mengambil alasan klasik bahwa ke Singapura hanya untuk berobat. Menurut pengakuannya, dia lagi terkena penyakit jantung. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah rekan di partainya juga memberikan justifikasi yang menurut saya sih ikut melindungi om Nazar. Ajaibnya, walaupun dia dalam keadaan sakit toh dia masih terlihat sehat walfiat nyiapin alibi-alibinya secara matang dari Singapura. Satu persatu rekan dipartainya dia seret, ibaratnya cukup dengan nunjuk jari om Nazar sudah bisa memberitahu masyarakat siapa saja yang ikut menikmati uang panas tersebut. Akibat perilaku sejumlah kadernya, tidak sedikit pihak yang mengklaim bahwa partai biru ini semakin jauh dari popularitas. Diakui atau tidak, kasus ini jelas memberikan berkah tersendiri bagi partai merah, kuning, hijau untuk mengangkat citra mereka di mata publik.
Jadi, tidak salah kan bila saya menarik simpulan mentah bahwa beragam kasus yang terjadi di negeri ini ajaib. Semuanya dengan mudah diputarbalikkan, semua begitu mudah diprovokasi, semua dengan mudah menjauh dari kebenaran, semua justru intens untuk menunjukkan keburukan satu sama lain, semua semakin asik dengan aksi saling tuding tanpa melihat bahwa pihak yang sepenuhnya dirugikan ini adalah rakyat!!! Saya sampai kepingin banget nunjuk-nunjuk para pengkhianat dan perusak generasi bangsa (baca: koruptor) itu sambil bilang gini "Kamu, kamu, kamu... mulai detik ini bukan lagi warga negara Indonesia! Karena sekarang kalian adalah warga lapas nusakambangan yang sebentar lagi dideportasi ke Planet Venus untuk menjalani masa pertobatan seumur hidup! Kalian paham?!"
Kitapun akhirnya jadi kian permisif dengan perilaku maling Melinda Dee yang sudah memanfaatkan akses dan wewenangnya untuk menguras dana nasabah pada bank yang dia kelola. Kalau boleh saya kaitkan dengan peribahasa, bu Melinda ini sukses menjalankan prinsip "air susu dibalas air tuba" kepada nasabahnya. Good job, madam!
Saya juga tidak mau melewatkan acting memukau dari om Nazaruddin yang selalu on air dari Singapura. Dia mendadak famous atas beberapa dugaan kasus korupsi yang melibatkan dirinya. Karena tidak mau kalah saing dengan bu Nunun, diapun akhirnya memutuskan liburan panjang ke Singapura. Tujuannya apalagi kalau bukan sembunyi, tapi ya seperti koruptor lainnya dia mengambil alasan klasik bahwa ke Singapura hanya untuk berobat. Menurut pengakuannya, dia lagi terkena penyakit jantung. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah rekan di partainya juga memberikan justifikasi yang menurut saya sih ikut melindungi om Nazar. Ajaibnya, walaupun dia dalam keadaan sakit toh dia masih terlihat sehat walfiat nyiapin alibi-alibinya secara matang dari Singapura. Satu persatu rekan dipartainya dia seret, ibaratnya cukup dengan nunjuk jari om Nazar sudah bisa memberitahu masyarakat siapa saja yang ikut menikmati uang panas tersebut. Akibat perilaku sejumlah kadernya, tidak sedikit pihak yang mengklaim bahwa partai biru ini semakin jauh dari popularitas. Diakui atau tidak, kasus ini jelas memberikan berkah tersendiri bagi partai merah, kuning, hijau untuk mengangkat citra mereka di mata publik.
Jadi, tidak salah kan bila saya menarik simpulan mentah bahwa beragam kasus yang terjadi di negeri ini ajaib. Semuanya dengan mudah diputarbalikkan, semua begitu mudah diprovokasi, semua dengan mudah menjauh dari kebenaran, semua justru intens untuk menunjukkan keburukan satu sama lain, semua semakin asik dengan aksi saling tuding tanpa melihat bahwa pihak yang sepenuhnya dirugikan ini adalah rakyat!!! Saya sampai kepingin banget nunjuk-nunjuk para pengkhianat dan perusak generasi bangsa (baca: koruptor) itu sambil bilang gini "Kamu, kamu, kamu... mulai detik ini bukan lagi warga negara Indonesia! Karena sekarang kalian adalah warga lapas nusakambangan yang sebentar lagi dideportasi ke Planet Venus untuk menjalani masa pertobatan seumur hidup! Kalian paham?!"
No comments:
Post a Comment
Setelah baca postingan saya, jangan lupa tinggalin jejak ya. Terima kasih :))