Saya termasuk orang yang kurang sepakat dengan istilah oposisi antara pecundang dan pemenang. Dimana orang yang dianggap pecundang tidak memiliki semangat apa-apa untuk melakukan sesuatu, menyerah dengan kondisi yang dimiliki. Berbeda dengan pemenang yang diidentifikasikan dengan sifat yang pantang menyerah dan yakin semuanya akan baik-baik saja. Saya percaya, dibalik minimnya semangat seseorang pasti dia sudah merancang suatu harapan besar bagi masa depannya. Berikan dia ruang sedikit untuk mengumpulkan kembali semangatnya.
Memang cukup sulit rasanya bila kita dipaksa untuk semangat tapi ternyata kita belum ada kemauan. Lingkungan yang kondusif sekalipun belum tentu bisa membangun semangat bila kita belum ada kemauan. Orang lain mungkin akan dengan sangat mudah mengatakan "Ayo Semangat", tapi realitanya memang tidak mudah dilaksanakan. Kendala ini bukan sekali duakali saya hadapi. Saya harus berjuang sendiri untuk ketidakmauan saya, kemalasan saya. Kenapa hanya saya sendiri? Karena ternyata masalah itu letaknya pada internal diri. Bukan eksternal.
Tidak perlu membeli, membaca dan mengoleksi buku motivasi kalau toh akhirnya hanya jadi pajangan di rak buku dan tidak berpengaruh apa-apa pada perilaku dan tindakan. Berhentilah menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain. Jangan tunggu orang lain untuk berpendapat dan mencarikan solusi. Segera carilah jawaban kenapa kamu tidak mau. Apa yang jadi penyebab hingga kamu tidak mau.
Proses ini benar-benar saya rasakan hingga sekarang. Saya harus memaksa diri untuk tidak menyatu dengan tabiat malas, tidak semangat dan tidak mau. Adakalanya saya harus mengawali nilai-nilai positif dengan pemikiran yang negatif dulu. Bagi saya itu adalah salah satu metode shock therapy yang ampuh. Karena disinilah poin harapan, nilai dan persepsi saya dibenturkan dengan hasrat keterbukaan untuk mau berubah.
Memang cukup sulit rasanya bila kita dipaksa untuk semangat tapi ternyata kita belum ada kemauan. Lingkungan yang kondusif sekalipun belum tentu bisa membangun semangat bila kita belum ada kemauan. Orang lain mungkin akan dengan sangat mudah mengatakan "Ayo Semangat", tapi realitanya memang tidak mudah dilaksanakan. Kendala ini bukan sekali duakali saya hadapi. Saya harus berjuang sendiri untuk ketidakmauan saya, kemalasan saya. Kenapa hanya saya sendiri? Karena ternyata masalah itu letaknya pada internal diri. Bukan eksternal.
Tidak perlu membeli, membaca dan mengoleksi buku motivasi kalau toh akhirnya hanya jadi pajangan di rak buku dan tidak berpengaruh apa-apa pada perilaku dan tindakan. Berhentilah menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain. Jangan tunggu orang lain untuk berpendapat dan mencarikan solusi. Segera carilah jawaban kenapa kamu tidak mau. Apa yang jadi penyebab hingga kamu tidak mau.
Proses ini benar-benar saya rasakan hingga sekarang. Saya harus memaksa diri untuk tidak menyatu dengan tabiat malas, tidak semangat dan tidak mau. Adakalanya saya harus mengawali nilai-nilai positif dengan pemikiran yang negatif dulu. Bagi saya itu adalah salah satu metode shock therapy yang ampuh. Karena disinilah poin harapan, nilai dan persepsi saya dibenturkan dengan hasrat keterbukaan untuk mau berubah.
No comments:
Post a Comment
Setelah baca postingan saya, jangan lupa tinggalin jejak ya. Terima kasih :))