Sunday, April 22, 2012

Antara Saya, Ibu Kartini dan Pak Widjajono

Hari ini spirit saya terpacu berpuluh-puluh kali lipat. Karena dua peristiwa. Pertama karena Hari Kartini dan kedua kabar meninggalnya Prof. Widjajono Partowidagdo (Pak Wid). Keduanya terjadi pada Tanggal 21 April. 

Kita sebagai wanita Indonesia sudah selayaknya menghaturkan banyak terima kasih atas daya dan upaya ibu Kartini yang pada masanya sudah berjuang keras untuk kembali menggugah kita, wanita Indonesia untuk tidak pernah melupakan pentingnya pendidikan. Tidak peduli ras dan tingkatan sosialmu, pendidikan berhak untuk kita enyam. Tujuannya ada dua. Pertama, meningkatkan daya saing, kapasitas dan kualitas kita agar mau dan mampu berperan. Apapun bidangnya. Kedua, apabila kapasitas dan kualitas sudah digenggaman, maka tidak perlu ada kekhawatiran bahwa generasi yang kita hasilkan nanti tidak sama kualitasnya dengan kita. Bahkan mungkin lebih dari kita. Intinya, kita, wanita yang diharapkan nantinya tidak boleh melupakan peran utamanya sebagai seorang Ibu. Agar kelak dapat mempersiapkan bibit/generasi cemerlang yang dapat berkontribusi bagi bangsa dan negara. Ya, karena wanita adalah tiang negara. Dan, saya ingin menjadi bagian dari itu. Saya ingin jadi wanita seperti itu.

Lantas apa hubungannya dengan kabar wafatnya Pak Wid dengan saya dan juga ibu Kartini? Letaknya ada pada "Spirit" yang telah ditularkan oleh beliau berdua kepada saya secara pribadi. Tidak bisa saya pungkiri bahwa keduanya adalah motivator yang semakin memacu saya untuk menjadi pribadi yang berkarakter, penuh integritas. Saya menangis haru (sampai sesenggukan hampir 45 menit lamanya) ketika saya mendapat kabar (sekitar jam 9 malam) melalui pesan singkat bahwa beliau telah tiada. Pak Wid, beliau adalah salah satu sosok yang saya idolakan. Sosok yang selalu saya baca tulisan-tulisannya terkait masalah perminyakan. Sosok yang selalu saya tunggu pendapatnya soal ekonomi perminyakan di layar televisi. Jarang sekali saya mau beranjak dari tempat duduk bila pembicaranya adalah beliau. Pak Wid adalah salah satu sosok yang berhasil meyakinkan sekaligus mengajarkan saya bahwa ketika kita ingin membuka mata publik tentang suatu hal, maka harus bicara dengan data. Harus bekerja dengan hati. Bukan omong kosong yang sifatnya sweet talk belaka. Karakternya yang tidak suka membodohi dan dibodohi inilah yang bergitu menginspirasi saya. Rambut gondrong begitu identik dengan pak wamen yang satu ini. Mungkin benar pendapat teman-teman di sejumlah forum yang menasbihkan Pak Wid sebagai salah satu the dream team yang telah didamba sekian lama oleh masyarakat. Pantang diwarnai ataupun dibeli oleh unsur politik dalam setiap kebijakan dan gagasan segarnya.   

Terima kasih Ibu Kartini, Terima kasih Pak Wid. Terima kasih telah menginspirasi saya untuk semakin menggali knowledges dan memberdayakan skills saya, sekecil apapun bentuknya, demi masa depan dan generasi yang lebih baik lagi. I Love You, Indonesia!!!


*ditemani JLo dan Pitbull

No comments:

Post a Comment

Setelah baca postingan saya, jangan lupa tinggalin jejak ya. Terima kasih :))